Pencarian

Keseruan Gowes Gunung Lumut Bareng Dishub Gowes

MEDIAKITA.CO.ID - Ayam jantan berkokok dengan lantangnya. Sang mentari mulai tersenyum menampakkan sinar hangatnya. Pertanda bahwa hari ini cuaca akan cerah, setelah sehari sebelumnya Kota Banjarbaru dan sekitarnya diguyur hujan.

Tepat pukul 06.00 WITA di hari Kamis, tanggal 24 Desember 2020, satu persatu anggota "Dishub Gowes" mulai berdatangan dan berkumpul di kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Banjarbaru dengan mendorong sepeda mereka masing-masing. Salah satu anggotanya, yakni Mas Azi tak hanya membawa sepeda, namun juga membawa serta mobil pick up kesayangannya. Mobil pick up ini akan digunakan untuk mengangkut para roda dua tak bermesin itu. Yah, sebut saja sepeda, hehehe.

Setelah semua anggota Dishub Gowes yang terdiri dari 9 orang personil Dishub Banjarbaru dan 5 orang taruna STTD yang ikut gowes hari itu berkumpul, mereka lantas menaikkan sepeda-sepeda itu ke atas (ke atas atau ke dalam, sih?) bak terbuka mobil pick up milik Mas Azi. Pukul 07.00 WITA, para anggota Dishub Gowes akhirnya berangkat menuju lokasi gowes yang sudah mereka rencanakan sebelumnya, Gunung Lumut. Eits, tapi sebelum berangkat, mereka tak lupa berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa memohon keselamatan selama dalam perjalanan. Oke, lanjut!

Sepeda-sepeda tersusun rapi di atas bak pick up. Foto - Dishub Gowes

Lokasi awal yang dituju sebelum menuju ke Gunung Lumut itu adalah kawasan wisata Kiram. Dari kantor Dishub Kota Banjarbaru menuju ke Kiram itu memakan waktu kurang lebih 30 menit. Ini kata salah satu anggota Dishub Gowes, Nena.

Sesampainya di kawasan Kiram, mereka kemudian langsung menurunkan sepeda-sepeda yang sedari tadi 'duduk santai' di atas bak mobil pick up Mas Azi. Setelah semua sepeda diturunkan, perjalanan menuju Gunung Lumut pun dimulai. Let's Go!

Kepada Jurnalis Mediakita.co.id, Nena menceritakan pengalamannya gowes ke Gunung Lumut. Dari depan gerbang Kiram ke Gunung Lumut itu kata Nena, memakan waktu kurang lebih 1 jam perjalanan. Sesuai dengan namanya, Gunung Lumut, baik rute maupun lokasinya memang cukup licin seperti lumut. Nena pun menyarankan agar para goweser lainnya datang ke lokasi ini saat musim kemarau.

"Kalau musim hujan kayak gini jalanannya becek, banyak genangan air, tanah merah dan licin banget, apalagi untuk pesepeda wanita yang enggak pro seperti Nena, dianjurkan untuk lebih berhati-hati dan memakai kelengkapan keselamatan seperti helm, sepatu. Tentunya pakai celana panjang, baju lengan panjang agar jika terjatuh tidak lecet," terang Nena.

Perlu perjuangan untuk menuju puncak Gunung Lumut. Foto - Dishub Gowes

Selama dalam perjalanan lanjut Nena, banyak hal menyenangkan yang ia dan teman-temannya dapatkan. Selain suasana alamnya yang asri berupa hutan di sisi kiri dan kanan, suara merdu kicauan burung-burung yang terdengar pun membuat suasana perjalanan menjadi semakin menyenangkan.

"Berasa jadi Dora The Explorer. Bedanya, kalau Dora menjelajahi hutan dengan berjalan kaki dan pakai peta, kalau kami bersepeda dan tanpa peta," seloroh Nena.

Meskipun menyenangkan, di suatu momen Nena dan beberapa goweser wanita lainnya juga merasakan kekhawatiran, seandainya mereka tertinggal rombongan di tengah-tengah jalan hutan yang cukup sunyi itu.

"Mendebarkan, takut ada hewan buas atau ular yang tiba-tiba melintas dan bikin kaget. Enggak kebayang deh pokoknya. Tapi alhamdulillah teman-teman yang lain setia kawan banget," ungkapnya.

Saat ditanya, apakah ia jera gowes ke Gunung Lumut? Nena mengaku cukup jera. Usut punya usut, ternyata bukan suasana hutan yang sepi yang membuatnya jera, melainkan karena ia tiga kali terjatuh saat melewati rute yang licin, berbatu, dan berlumpur (becek) itu.

"Tapi kalau diajak lagi seru-seruan ke sana, Nena mungkin ikut lagi. Anggap refreshing lah, soalnya view pemandangannya bagus, cocok buat para jomblo membuang kegalauan," ucap Nena sembari tertawa.

Di samping itu, Nena menyampaikan bahwa banyak kesan positif yang ia dapatkan selama bergabung dengan Dishub Gowes ini. Selain rasa kekeluargaannya, saling tolong menolong, tunggu menunggu antar sesama anggota jika ada anggota lain yang tertinggal di belakang, saling tarik dorong saat naik ke atas puncak Gunung Lumut, saling berbagi air minum dan makan, menjadi faktor dan kesan positif lainnya yang ia dapatkan.

"Pokoknya susah senang dilalui bersama-sama. Jadi kegiatan Dishub Gowes ini memang bagus, lebih seperti mempererat tali silaturahmi antar junior dan senior di kantor, semakin saling mengenal satu sama lain," tutur Nena seraya mengacungkan dua jempol.

Sementara itu, menurut anggota Dishub Gowes lainnya yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Transportasi Dishub Kota Banjarbaru, Adi Surya Noor, jalur dan rute dari Kiram menuju Gunung Lumut cukup menantang adrenalin.

"Jalannya ada yang beraspal, berlumpur, berbatu, menanjak, dan menurun, jadi kita harus benar-benar menjaga keseimbangan. Tapi selebihnya, suasana alamnya asri banyak pohon, segar, minim polusi udara," ungkap Adi.

Adi menambahkan, kegiatan olahraga bersepeda bersama Dishub Gowes ini memang rutin dilakukan setiap satu minggu sekali. Selain untuk menjaga imunitas dan kebugaran tubuh, Dishub Gowes ini bisa dijadikan sebagai wadah untuk menjaga kekompakan, kebersamaan, dan semangat sportivitas antar sesama rekan kantor.

"Sebenarnya yang lebih diutamakan adalah rute di kawasan Banjarbaru, sekalian bisa melihat langsung perkembangan sudut-sudut Kota Banjarbaru, permasalahan lalu lintas, rambu-rambu, dan lain sebagainya. Tapi intinya adalah untuk menjaga kebugaran tubuh di luar jam kerja, apalagi di masa pandemi Covid-19 ini," demikian Adi. (tim)