Pencarian

Dewan Banjarbaru Pesimis Proyek Mitigasi Banjir Selesai Tepat Waktu


Penampakan proyek Embung Gunung Kupang Cempaka. Foto - Isuur

MEDIAKITA.CO.ID - Ketua Komisi III Dewan Perwalilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Banjarbaru, Emi Lasari kembali menyoroti proyek pengerjaan Embung Gunung Kupang yang belum juga rampung. 

Waktu yang kian menipis, membuat Politisi PAN ini pesimis proyek untuk mitigasi banjir di kawasan Cempaka itu selesai tepat waktu. 

"Sekarang sudah tanggal 5 Desember, tinggal hitungan hari aaja kontrak selesai. Sepertinya pengerjaan proyek-proyek itu perencanaanya kurang matang," ujar Emi saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (5/12/23) tadi. 

Menurutnya, apabila target pengerjaan tidak tercapai sesuai batas waktu yang telah ditentukan dalam kontrak, maka kontraktor pelaksananya harus dievaluasi dengan sejumlah catatan. 

"Embung itu sesuai kontrak akan selesai pada 7 Desember (hari ini). Kalau sampai tidak selesai, ya mestinya didenda saja, atau adendum," tegasnya. 

Seharusnya lanjut Emi, dalam hal perencanaan pengerjaan proyek juga harus dipikirkan soal musim atau cuaca. Pasalnya, bulan Desember biasanya sudah masuk musim hujan yang dikhawatirkan malah akan menghambat pengerjaan proyek itu sendiri. 

"Bagaimana target akan sesuai jadwal, persoalan kemana membuang tanah saja solusinya masih belum jelas. Jangan menjadi persoalan klasik kalau pengerjaan tidak tercapai," pungkasnya. 

Sementara itu, Kepala Dinas PUPR Kota Banjarbaru, melalui Kepala Bidang (Kabid) Sumber Daya Air (SDA), Subrianto mengakui progres pembangunan Embung Gunung Kupang bakal molor dari waktu yang sudah ditargetkan. 

“Akibat hujan tanah galian menjadi basah. Kondisi permukaan air tinggi dan angkutan tanah terkendala karena akses jalan becek,” ungkapnya saat dikonfirmasi awak media, Senin (4/12/23) siang.

Subrianto menambahkan, saat ini progres pengerjaan Embung Gunung Kupang sudah mencapai 72,8 persen. 

“Untuk target pembangunan sampai sejauh ini tetap sesuai kontrak. Tetapi karena sudah memasuki musim penghujan, mungkin penyelesaiannya diprediksi akan bergeser,” ujarnya.

Faktor lainnya kata Subrianto adalah lokasi pembuangan tanah bekas galian. Sementara ini, tanah-tanah itu diletakkan di bantaran atau tanggul embung. 

“Selain di lokasi itu kami juga membuang di sekitar lokasi embung, namun tetap di tanah pemko. Di area tanah masyarakat juga ada,” bebernya. 

Tak hanya itu, aksi protes warga yang merasa terganggu dengan banyaknya debu dan suara bising akibat aktivitas proyek yang berlangsung hingga malam hari, juga menjadi faktor penyebab lainnya. 

“Sekarang kegiatan struktur outlet sudah dilakukan lembur. Tetapi untuk pekerjaan galian dan buangan tanah masih belum diizinkan warga sekitar. Padahal kami sudah membuat surat izin untuk dapat diperbolehkan bekerja di malam hari," terangnya.

Meski begitu, Subrianto tetap optimis bisa menyelesaikan pembangunan Embung Gunung Kupang ini sebelum tahun 2024.

"Saat masih ada waktu penyelesaian sampai akhir tahun, masih memungkinkan untuk mengejar target,” tutupnya. 

Terpisah, Konsultan Supervisi PT Wahana Prakarsa Utama, Tian mengatakan saat ini pihaknya terus bekerja agar bisa menyelesaikan pembangunan embung itu tepat waktu. 

“Salah satu upaya yang kami lakukan adalah dengan memaksimalkan penggunaan lima unit mesin pompa yang ada. Alhamdulillah saat ini tidak ada peninggian muka air," katanya. (isr)