Pencarian

Perjuangan Ibu Asal Banjarmasin, Derita Tumor Payudara Sejak Ditinggal Sang Suami


Lisnawati berharap uluran tangan para dermawan untuk biaya operasi pengangkatan rumor yang rencananya dilakukan November 2022 mendatang. Foto - Istimewa

MEDIAKITA.CO.ID – Menderita penyakit kanker akibat berkembangnya sel-sel tumor tentu bukan keinginan setiap orang. Termasuk Lisnawati, wanita berusia 42 tahun asal Sungai Lulut, Kota Banjarmasin ini divonis mengidap tumor payudara.

Terlebih lagi, ditengah perjuangan untuk melawan kanker payudara dirinya tetap harus mencari nafkah dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk sang buah hati yang masih duduk di bangku sekolah. Bahkan, kini ia harus menjadi tulang punggung seorang diri pasca sang suami meninggal dunia sekitar setahun yang lalu.

Penyakit ganas itu terdeteksi semenjak Lisna ditinggal sang suami. Kala itu, benjolan di dadanya hanya sebesar telur puyuh dan tak terasa nyeri maupun sakit. Sehingga, dirinya pun tak menaruh curiga hingga menganggap benjolan tersebut akan hilang dengan sendirinya.

Namun, alangkah terkejutnya, selang beberapa bulan kemudian, tumor itu kian membesar. Lisna pun dirujuk ke puskesmas terdekat untuk menjalani pemeriksaan awal. Dari sana, ia kemudian kembali diarahkan ke salah rumah sakit swasta di Ibukota Kalimantan Selatan agar mendapat penanganan yang lebih intensif.

“Saat itu ukurannya sekitar 12 cm. Saat dirujuk kembali ke RSUD Ulin Banjarmasin sudah bertambah besar lagi menjadi 12,38 cm,” ungkapnya belum lama tadi.

Selain merasa nyeri, terkadang Lisna juga mengeluh kesulitan bernafas. Apalagi, sel tumor tersebut berkembang pada bagian dada sebelah kiri tak jauh dari organ jantung. Kondisi itu acap kali menghantuinya, terutama saat menjalani aktivitas rutin sebagai pengemas mentega yang sudah ia lakoni selama tiga tahun belakangan.

Tak hanya saat bekerja, dirinya juga sering mengalami nyeri pada bagian punggung ketika beraktivitas di rumah, seperti mencuci pakaian. Bahkan, saking nyerinya ia pun terpaksa hanya lebih banyak berdiam diri dan membatasi gerak untuk meredam rasa sakit tersebut.

Kendati mengalami kesulitan, Lisna mengaku tetap bersemangat untuk mengais rezeki. Mengingat kini dirinya harus menghidupi putri semata wayang yang sudah beranjak usia 8 tahun. Tak pelak, ia pun turut mengharapkan uluran tangan dari para dermawan agar kebutuhannya dapat terpenuhi secara cukup.

“Terima kasih kepada Aksi Cepat Tanggap Kalimantan Selatan yang mau berkunjung ke rumah saya yang sederhana ini dan memberikan amanah dari para dermawan. Semoga bantuan ini memberikan manfaat untuk saya, terutama membeli obat pereda nyeri tumor saya,” ucapnya saat dikunjungi tim ACT Kalsel.

Sementara itu, Tim Program Aksi Cepat Tanggap Kalimantan Selatan, Ratih Ayu menyampaikan Lisna mengalami keterbatasan biaya untuk membeli obat sebagai pereda nyeri. Pasalnya, dari penghasilan mengemas mentega, dirinya hanya mendapatkan upah sebesar Rp 10 ribu.

Karena itu, pihaknya berjanji akan berupaya terus mendampingi Lisnawati untuk berjuang melawan tumor yang dideritanya.

Selain sangat memerlukan bantuan untuk biaya pembelian obat pereda nyeri, Lisna juga mengharapkan perhatian dari pemerintah maupun pihak lainnya untuk menjalani operasi tumor payudara. Operasi itu sendiri rencananya dilakukan pada November 2022 mendatang.

“Bagi masyarakat yang ingin membantu dapat menitipkan sedekah terbaiknya melalui ACT Kalsel. Insya Allah akan segera kami sampaikan kepada beliau,” tutupnya. (tim)