Pencarian

Terumbu Karang Rusak, Nelayan Ikut Terdampak

Salah seorang anggota Mapala Piranha lakukan penyelaman untuk memantau kerusakan terumbu karang. Foto - Istimewa

MEDIAKITA.CO.ID– Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Piranha Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Kalimantan Selatan, mengkonfirmasi bahwa sebanyak 75 persen terumbu karang jenis Hard Coral mengalami kerusakan sedang.

Hal ini diketahui setelah melakukan pemantauan terumbu karang itu di Desa Tanjung Pelayar, Kecamatan Pulau Laut Tanjung Pelayar, Kabupaten Kotabaru pada Rabu (7/4/21).

Ketua Mapala Piranha, Abdul Tiar mengatakan bahwa sebelumnya mereka melakukan pemantauan secara acak di tiga station dengan menggunakan metode Line Intercept Transect (LIT).

“Di sana kami banyak menemukan kondisi terumbu karang yang rusak," ujar Tiar.

Adapun untuk jenis terumbu karang yang mengalami kerusakan sedang itu sebut Tiar, kebanyakan didominasi oleh Coral Massive, Coral Submassive, Acropora Submassive, Acropora tabulate dan Coral Encrusting.

Akibat dari kerusakan itu lanjut Tiar, ikan-ikan terumbu karang menjadi kehilangan habitat aslinya. Selain itu, kerusakan ini turut berdampak terhadap nelayan setempat.

"Nelayan harus bermil-mil dulu keluar mencari ikannya, karena tadi habitat ikan yang ada di Tanjung Sungkai mengalami kerusakan," ungkapnya.

Terumbu karang rusak. Foto - Istimewa

Tiar menambahkan, Mapala Piranha akan melakukan pengkajian lebih mendalam bersama pemerintah setempat agar dapat mengetahui penyebab rusaknya terumbu karang tersebut.

“Apakah dikarenakan faktor penangkapan ikan yang menggunakan alat tidak ramah lingkungan, atau dikarenakan karang tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dijadikan pondasi atau sebagainya,” ujarnya.

Tiar berharap, dari hasil temuan tim Mapala Piranha tersebut dapat ditindak lanjuti oleh Pemerintah Kalimantan Selatan. Pasalnya, hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja karena dapat mengancam kelestarian ekosistem laut.

Sementara Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan, Rusdi Hartono saat dikonfirmasi mengatakan, saat ini pihaknya sedang berupaya untuk melestarikan pesisir dengan melakukan rehabilitasi mangrove dan terumbu karang di daerah tersebut.

“Kami sudah melakukan upaya peningkatan partisipasi dan pengetahuan masyarakat pesisir melalui pembentukan pelestari ekosistem pesisir, dan ini sudah kita jalankan,” katanya.

Diketahui, wilayah perairan di Desa Tanjung Sungkai masuk dalam kawasan konservasi yang meliputi Pulau Laut sampai Pulau Sembilan dengan luas mencapai 158.717,40 hektare. Sedangkan zona intinya 4.491,49 hektare, zona perikanan berkelanjutannya seluas 149.514,60 hektare, dan zona lainnya 569,05 hektare. (fer)