Pencarian

Polemik LPG 3 Kg ; Mulai Pengecer ‘Nakal’ Hingga Rusaknya Infrastruktur Jalan

Gas LPG 3 Kg langka di Banjarmasin. Foto - Hans

MEDIAKITA.CO.ID – Sejumlah masyarakat Kota Banjarmasin mengeluhkan langkanya gas LPG (elpiji) 3 kg sejak sepekan terakhir. Selain itu, warga dibuat resah dengan melambungnya harga gas 'melon' ini hingga tiga kali lipat dari Harga Eceran Tertinggi (HET).

“Iya langka ini. Apalagi harga naik, kemaren terakhir beli Rp 35 ribu per tabung. Tolong dibantu supply demand-nya, kalau bisa ditambah kuota subsidi melonnya,” ujar Suyanto warga Kelurahan Sungai Andai, Kecamatan Banjarmasin Utara, Senin (15/2/21) pagi.

Suyanto mengatakan permasalahan ini harusnya menjadi tanggung jawab pemerintah, karena menyangkut urat nadi kehidupan masyarakat banyak.

Terkait kendala distribusi, menurutnya, pihak pertamina tentu punya solusi agar dapat memenuhi kebutuhan gas bagi masyarakat.

“Kalau masalah jalan rusak di Kecamatan Sungai Tabuk mestinya tidak menjadi alasan. Apalagi pertamina punya unit kapal untuk mengangkut lewat jalur laut. Harusnya bisa mengatasi,” tegasnya.

Kendati demikian, lonjakan harga gas melon tidak serta merta dirasakan seluruh warga, seperti halnya seorang pedagang mie ayam, Suherni.

Suherni mengungkapkan tetap membeli gas elpiji dengan harga normal yakni Rp 17,5 ribu. Harga tersebut Dia dapatkan melalui pangkalan elpiji 3 kg di Jalan Kayu Tangi II RT. 21 RW. 08 Kelurahan Pangeran, Kota Banjarmasin.

“Sudah disediakan di sini yang bekerja sebagai pedagang atau pelaku UMKM. Seminggu dapat jatah dua tabung elpiji,” ucapnya.

Sementara itu, Admin PT Cahaya Sari Alam yang merupakan agen elpiji 3 kg di Kelurahan Pangeran Banjarmasin Utara, Eka menuturkan bahwa berdasarkan informasi yang diterimanya, memang kerusakan infrastruktur jalan pasca banjir menjadi hambatan utama proses distribusi.

Meski pertamina sudah mengambil solusi memindahkan pengangkutan ke jalur laut menggunakan kapal pendarat tank atau LCT, namun kata Eka, proses antre bongkar muat di pelabuhan tetap saja tidak mampu untuk memangkas waktu pendistribusian.

“Itu solusi bagus yang sudah diberikan pertamina untuk kami. Tapi, kondisi menggunakan LCT itu harus mengantre juga, soalnya distribusi elpiji berbarengan dengan bahan bakar minyak,” tutur Eka.

Eka menjelaskan kenaikan harga elpiji 3 kg sudah terjadi selama tiga pekan terakhir sejak awal banjir merendam Kota Banjarmasin. Kondisi tersebut diperparah dengan langkanya pasokan di sejumlah pangkalan.

Tak jarang juga, ujarnya, banyak pengecer ‘nakal’ yang memanfaatkan momentum ini untuk memainkan harga jual melebihi batas wajar.

“Mereka (pengecer) membeli gas di pangkalan-pangkalan, kemudian ditahan selama beberapa waktu sebelum dilepas kembali ke pasaran. Tentu saja dengan harga yang jauh lebih tinggi,” cecarnya.

Eka melanjutkan, kondisi ini baru pertama kalinya terjadi dan merupakan yang paling parah. Biasanya kenaikan hanya selisih berkisar Rp 3 – 5 ribu dari HET. Situasi tersebut juga mempengaruhi jatah yang diterima pangkalan menjadi tidak menentu.

“Sekarang tidak menentu pasokan yang kita terima, kadang yang datang setiap hari cuma satu truk. Padahal normalnya bisa sampai dua atau tiga angkutan,” tutupnya. (hns)