Pencarian

Ratusan Hektar Lahan Petani Terancam

Air diduga limbah tambang mulai menggenangi jalan. Foto - Tim

MEDIAKITA.CO.ID – Para petani di Desa Tujuh Keramat Mina RT.1, Kecamatan Cintapuri Darussalam, Kabupaten Banjar mengeluh. Pasalnya, ribuan hektar lahan persawahan mereka terendam air diduga limbah pertambangan batu bara.

Limbah air asam dan lumpur kuning bercampur muatan sisa batu bara ini meluap dan menggenangi sawah para petani. Bahkan petani setempat pernah melaporkan hal tersebut kepada aparat desa setempat, terkait dengan anak sungai di jalan tanggul Desa Tujuh tidak berfungsi, dikarenakan aliran sungai tertutup oleh lumpur keras yang diduga limbah batu bara. Di sisi lain, jarak anak sungai itu dekat dengan sedimen pond atau kolam sementara air bekas pertambangan.

Keluhan petani ini rupanya terbukti. Saat musim hujan dan intensitasnya makin tinggi, air genangan meluber ke jalan tanggul dan menyeberang ke sawah milik petani. Padahal, pemisah sawah dengan lokasi tambang hanyalah anak sungai jalan tanggul yang alirannya sampai ke Sungai Cintapuri Darussalam.

“Sudah 15 hari ini air dari tambang mengalir terus menerus ke sawah, padahal, awal bulan baru memulai tanam,” kata Kai Wani, petani di Jalan Tanggul saat ditemui di Desa Tujuh, Minggu (3/1/21).

Ia menambahkan, aktivitas penggarapan lahan disekitar lokasi membuat luapan air lumpur kuning bercampur batu bara mengalir ke sawah-sawah milik petani. Bahkan ungkap Kai Wani, air limbah itu membuat Jalan Tanggul sampai tenggelam. Pengendara pun biasanya harus putar balik lantaran jalan tembus ke Kantor Camat Cintapuri Darussalam itu ikut terendam.

“Pangkal masalah karena sungai alami di sini hilang karena ditutupi lumpur. Sebelum ada pencemaran, kami sering memancing di sini. Sekarang sungainya rata oleh lumpur,” katanya.

Foto - Tim

Pernyataan Kai Wani dibenarkan oleh Sarwani, salah satu ketua RT dari Desa Tujuh. Dalam kurun waktu setengah bulan terakhir ini ujar Sarwani, pencemaran semakin meningkat dan membuat sawah petani menjadi terendam.

Ia menyebutkan, luas hamparan persawahan di Jalan Tanggul yang terdampak pencemaran lingkungan ini kurang lebih 500 hektar. Jika dibiarkan berlarut-larut, ia menaksir sekitar 1.500 hektar lahan sawah milik petani akan terancam.

“Hamparan sawah tadah hujan milik petani di Desa Tujuh ini batasnya sampai jalan TMMD Desa Cintapuri Darussalam yang dibangun tahun 2017 lalu. Permintaan petani sangat sederhana, mohon dihidupkan aliran sungai," harapnya.

Lebih jauh Sarwani mengungkapkan, tumpukan lumpur juga menyumbat aliran air sungai yang bermuara ke Sungai Cintapuri Darussalam. Atas permasalahan ini, dirinya sudah berkali-kali melaporkan pencemaran tersebut ke aparat desa, namun tidak ada solusi. Bahkan hal ini pernah ditangani oleh aparat dari kabupaten, namun juga tidak ada jalan keluar.

“Kasihan padi milik petani. Bisa gagal tanam tahun ini karena air tambang merusak tanaman. Padahal kami hanya bisa tanam sekali setahun,” tukasnya.

Sementara itu, saat dikonfirmasi terpisah, Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Kabupaten Banjar, Nurul Chatimah mengaku belum mengetahui informasi dugaan pencemaran lahan pertanian. Ia akan mengumpulkan informasi bersama mantri tani.

“Nanti kita kumpulkan informasi dulu,” ucapnya singkat. (tim)