Pencarian

Duh! Indonesia Negara Terbesar CPO, Harga Minyak Goreng Malah Melonjak


Harga minyak goreng di Indonesia melambung tinggi. Foto - Hans

MEDIAKITA.CO.ID – Harga minyak goreng di Nusantara terus mengalami kenaikan dalam beberapa waktu belakangan. Padahal, Indonesia merupakan negara terbesar produsen minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO).

Pada 2020 lalu, Indonesia menduduki rangking pertama eksportir terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Total ekspor CPO RI pada tahun tersebut mencapai 37,3 juta ton dengan market share global mencapai 55 persen.

Lantas, mengapa harga minyak goreng di Tanah Pertiwi terus naik belakangan ini?

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menegaskan, kenaikan minyak goreng dikarenakan harga internasional yang naik cukup tajam. Terkait pasokan, ia mengklaim sejauh ini masih aman.

Dirincikan bahwa Kebutuhan minyak goreng nasional sebesar 5,06 juta ton per tahun, sedangkan produksinya bisa mencapai 8,02 juta ton.

“Meskipun Indonesia adalah produsen crude palm oil (CPO) terbesar, namun kondisi di lapangan menunjukkan sebagian besar produsen minyak goreng tidak terintegrasi dengan produsen CPO,” ujarnya dilansir dari laman kemendag.go.id, Senin (10/1/22).

Menurutnya, dengan entitas bisnis yang berbeda, tentunya para produsen minyak goreng dalam negeri harus membeli CPO sesuai dengan harga pasar lelang dalam negeri, yaitu harga lelang KPBN Dumai yang juga terkorelasi dengan harga pasar internasional.

“Akibatnya, apabila terjadi kenaikan harga CPO internasional, maka harga CPO di dalam negeri juga turut menyesuaikan harga internasional,” jelas Oke.


Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan. Foto - kemendag.go.id

Selain itu, dari dalam negeri, kenaikan harga minyak goreng turut dipicu turunnya panen sawit pada semester ke-2. Sehingga, suplai CPO menjadi terbatas dan menyebabkan gangguan pada rantai distribusi (supply chain) industri minyak goreng, serta adanya kenaikan permintaan CPO untuk pemenuhan industri biodiesel seiring dengan penerapan kebijakan B 30.

Faktor lainnya menurut Oke yaitu gangguan logistik selama pandemi Covid-19, seperti berkurangnya jumlah kontainer dan kapal.

Sementara itu, berdasarkan pantauan Jurnalis Mediakita.co.id, kenaikan minyak goreng turut terjadi di sejumlah pasar tradisional di Banjarmasin. Per hari ini, untuk minyak goreng curah dihargai Rp 19 ribu per liter. Sedangkan, minyak goreng kemasan dipatok seharga Rp 20 ribu hingga Rp 22 ribu per liternya.

Kondisi minyak goreng yang kian ‘memanas’ ini tak ayal membuat sebagian kaum emak-emak gerah. Pasalnya, minyak goreng merupakan salah satu komoditi yang tergabung dalam sembilan kebutuhan pokok (sembako).

“Kalau terus begini, bisa-bisa tidak bisa memasak lagi untuk orang di rumah. Soalnya kan untuk keperluan dapur pasti selalu membutuhkan minyak goreng,” keluh Jumiati. (hns)