Harga telur terus naik, peternak ungkap beberapa faktor penyebabnya. Foto - Ibnu
MEDIAKITA.CO.ID - Harga telur ayam di pasaran mengalami kenaikan yang cukup signifikan dalam seminggu terakhir. Terkini, harganya sudah menembus Rp33 ribu per kilogram!
Kenaikan harga telur ayam ini dipicu berbagai hal, di antaranya harga beli di peternak sudah terlebih dahulu naik hingga pengaruh harga pakan.
Disisi lain usut punya usut, kenaikan harga telur di pasaran dipengaruhi oleh harga pakan dan kurang produktifnya ayam bertelur, sehingga produksi telur ikut berkurang dan mengakibatkan harga telur naik.
Hal ini diungkapkan peternak ayam petelur di Jalan Abadi III Kelurahan Guntung Manggis, Melisa Novianti. Ia tak menepis kabar bahwa saat ini harga telur mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan banyaknya ayam sebelum lebaran lalu sudah afkir alias tidak bertelur (tidak produktif) lagi lantaran sudah berusia lebih dari 2 tahun.
"Memang saat ini harga telur naik karena populasi berkurang disebabkan banyaknya ayam afkir," ungkapnya.
Afkirnya ayam, kata Melisa sangat berpengaruh pada produksi telur. Hal ini juga yang mengakibatkan kandang harus dikosongkan dan diganti dengan ayam baru.
"Kandang kosong, mengakibatkan suplai kosong hingga mengakibatkan naiknya harga telur," katanya.
Selain afkir, harga pakan juga sangat mempengaruhi harga telur di peternakan. Saat ini kata Melisa harga pakan sangat tinggi dan 'mencekik' para peternak ayam petelur.
Disebutkan Melisa, untuk harga pakan sendiri sudah naik dari tahun 2022 lalu. Ditambah awal tahun 2023 kembali mengalami kenaikan. Untuk harga pakan saat ini Rp. 8.300 perkilogramnya, naik Rp200 per kilogram.
"Biaya pakan hampir 80 persen dari biaya operasional, sedangkan sisanya untuk obat-obatan," bebernya.
Untuk produksi telurnya sendiri kata Melisa, Ia memiliki sekitar 6 ribu ayam petelur. Dalam satu kandang menghasilkan 8 ikat telur perhari dengan rata-rata 11 KG per ikatnya. Sedangkan, dikandang lainnya masih dalam tahap belajar bertelur sehingga perharinya hanya menghasilkan 3 ikat perhari. Untuk harga telurnya, ia mematok harga jual kepada pelanggan Rp29 ribu perkilogram.
"Karena masih muda (ayam) jadi produksi telur masih kurang, sehingga telur menjadi kurang. Padahal permintaan di pasar meningkat," tuturnya.
Lebih lanjut, faktor cuaca memasuki musim kemarau juga mempengaruhi peternakan. Selain mempengaruhi ukuran telur karena kepanasan dan menyebabkan nafsu makan berkurang, juga terjadi peningkatan pada kematian ayam di kandangnya.
"Biasanya (antisipasi) kami mulai penyemprotan disiang hari untuk ayam guna tidak terlalu kepanasan," ujarnya.
Menurutnya, harga telur ini sebenarnya sudah mengikuti harga nasional. Namun, ada saja pedagang yang memainkan harga di pasaran akibatnya harga sangat meroket.
"Kalau kami (peternak) bilang yang nakal ini pedagang sendiri, mereka ingin untung lebih gede, sebenarnya standar kalau ingin untung Rp2 ribu jadi seharusnya Rp31 ribu per kilogram. Namun saat ini ada yang Rp33 ribu per kilogram dengan alasan telur sulit, padahal mereka yang mengadakan harga sendiri," tandasnya. (ib)