Pencarian

Kenapa SDN Kurang Diminati di Kabupaten Banjar?


Salah satu sekolah dasar negeri di Kabupaten Banjar yang minim siswa. Foto - Isur

MEDIAKITA.CO.ID –  Bukan karenanya kurangnya promosi, namun kultur masyarakat Kabupaten Banjar yang lebih senang anaknya mengenyam pendidikan di sekolah agama, menjadi salah satu faktor penyebab minimnya minat siswa bersekolah di sekolah formal di kabupaten berjuluk “Serambi Makkah” ini.

Hal itu diungkap Kepala Desa  (Pambakal) Murung Kenanga, Hipzil Khair saat ditemui mediakita.co.id beberapa waktu lalu lalu di kantornya, ihwal minimnya siswa di 2 sekolah yang ada di desanya.

"Kedua sekolah menghadapi permasalahan yang sama, yakni kekurangan murid lantaran maraknya lembaga Pendidikan non formal berbasis agama atau madrasah di wilayah ini,” ujarnya.

Dikatakannya, kultur masyarakat Martapura memang menyenangi anak-anaknya lebih ke sekolah agama Islam, sehingga mereka—para orang tua—red lebih memilih sekolah agama atau madrasah meskipun statusnya sekolah swasta.

Bahkan terangnya, tak jarang Sekolah Dasar Negeri (SDN) tersebut hanya dijadikan tempat singgah bagi orang tua murid, di mana ketika anaknya belum mencukupi umur dan tidak bisa baca tulis untuk masuk ke madrasah. Nah, setelah bisa baca tulis, anak dipindahkan ke lembaga Pendidikan nonformal itu.

Pambakal Murung Kenanga, Hipzi Khair. Foto - Isur

Dibandingkan dulu, di mana sekolah agama masih proses belajar mengajar dilaksanakan pada sore hari, maka orang tua masih banyak yang berminat menyekolahkan anaknya di sekolah formal, sebab pada sore harinya anak mereka masih bisa bersekolah di sekolah non formal.

“Waktu madrasah itu masuknya cuma sore, murid di sekolah formal masih bisa sampai 180 orang,” tukasnya.

Sebelumnya, Ketua DPRD Kabupaten Banjar, M Rofiqi sempat meradang karena kasus minimnya siswa sekolah formal. Namun ia juga tidak menampik bahwa kultur masyarakat Banjar tidak bisa dipaksakan.

"Saya termasuk putra asli Kabupaten Banjar, memang secara kultur pendidikan agama di Kabupaten Banjar sangat kuat. Namun hal itu yang membuat indeks pembangunan dan IPM di Kabupaten Banjar ini rendah. Masyarakat lebih memilih sekolah berbasis agama," ucapnya.

Ia juga mengatakan bahwa dengan Indeks Pembangunan Masyarakat yang rendah, mestinya membuka kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anaknya di sekolah formal. Sebab menurut dia, perkembangan kedepan pengetahuan dari sekolah formal akan sangat membantu.

"Pendidikan agama tetap penting, tetapi sebagai generasi penerus daerah mestinya pendidikan formal juga jangan ditinggal," ucapnya singkat.(isr)