Raksasa jahat Batara Kala yang dipercaya oleh masyarakat Jawa sebagai penyebab terjadinya gerhana bulan. Foto - Istimewa/net
MEDIAKITA.CO.ID – Hingga abad ke-21, sejumlah penduduk di wilayah Tanah Air masih mempercayai beragam mitos yang sudah dipelihara secara turun temurun. Misalnya, masyarakat Jawa yang mengaitkan fenomena gerhana bulan dengan adanya bahaya yang mengancam.
Pada salah satu relief di Candi Belahan atau Sumber Tetek digambarkan adanya candra sinahut kalarahu atau raksasa yang menelan Bulan. Raksasa tersebut bernama Batara Kala yang memiliki watak jahat.
“Prasasti itu menggambarkan peristiwa candragrahana atau Gerhana Bulan pertama, sebuah peristiwa yang dianggap sangat penting bagi masyarakat Jawa,” kata Arkeolog Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono dilansir dari liputan6.com.
Dwi melanjutkan, dalam cerita Batara Kala dikisahkan masih hidup namun menjelma menjadi lesung padi. Sebab itu, sejak zaman dahulu hingga sekarang masyarakat Jawa harus memukul lesung padi setiap kali gerhana bulan datang.
Hal tersebut diartikan seperti memukul jasad Batara Kala yang masih hidup agar Batara Kala mual dan memuntahkan bulan yang ditelannya.
Tak hanya sebatas memukul lesung, masih ada mitos lain bagi masyarakat Jawa saat gerhana bulan muncul yakni wanita hamil tidak boleh keluar rumah saat gerhana bulan terjadi.
Lantaran, dikhawatirkan jabang bayi di dalam kandungan akan memiliki bibir yang tidak sempurna seperti bentuk gerhana.
Karena itu, wanita yang sedang hamil wajib menyajikan bubur merah putih sebagai tolak bala. Selain melindungi jabang bayi, bubur tadi juga dianggap mampu menolak hadirnya penderitaan. Baik berupa musim pagebluk, paceklik hingga melandanya wabah penyakit. (tim)