Akademisi Poltekkes Kemenkes Banjarmasin dan konsultan saat meninjau IPAL milik pabrik tahu di Sungai Ulin. Foto - ibnu
MEDIAKITA.CO.ID - Penyelesaian dugaan pencemaran lingkungan oleh pabrik tahu di Jalan Jeruk, Kelurahan Sungai Ulin, Kecamatan Banjarbaru Utara, Kota Banjarbaru langsung direspon Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjarbaru dengan melibatkan salah seorang akademisi perguruan tinggi di Banjarbaru.
DLH Banjarbaru, melibatkan Sulaiman Hamzani yang merupakan ahli dibidang pengairan terutama air limbah. Sulaiman merupakan seorang akademisi dari Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Banjarmasin.
Akademisi Poltekkes Kemenkes Banjarmasin, Sulaiman Hamzani mengatakan bahwa pemilik pabrik tahu memang sudah mengupayakan dalam pengelolaan limbahnya dengan membuat beberapa penampungan di belakang pabriknya.
"Memang sudah upaya (pengusaha tahu), tapi konsepnya pengolahan tanpa oksigen (Anaeroh), sehingga tidak akan selesai," ujarnya saat meninjau pengolahan limbah pabrik tahu, Sabtu (6/5/23) sore.
Menurutnya, pengolahan limbah yang ideal ada 3 tahap pengolahan dari treatment yang prosesnya untuk memisahkan bahan padat dan cairan, serta untuk memisahkan whey yang merupakan limbah tahu.
"Buangan proses tahu ada namanya whey, yang merupakan inti masalah dari limbah tahu," ungkapnya.
Setelah di-treatment, limbah dibawa ke proses Anaerob yang diakhiri dengan proses Aerob (dengan oksigen) untuk mengentaskan permasalahan bau dari limbah tahu ini.
Masih kata Sulaiman, tanpa adanya pengetahuan fungsi tahap-tahapan yang dilaksanakan, filterilisasi limbah tidak akan efektif.
Sulaiman menawarkan pembuatan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dengan membuat beberapa modifikasi terhadap IPAL yang sudah dibuat oleh pengusahan tahu.
"Salah satu problemnya juga terkait ketidaksesuaian waktu kontak (jumlah produksi), pabrik tahu ini memproduksi 1.200 KG dikali 45 liter air, sehingga limbah yang dihasil perharinya 50 - 65 kubik, ini yang harus diselesaikan," jelasnya.
Adapun, IPAL yang ditawarkan Sulaiman, Ia mengklaim mampu mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan pabrik tahu. Kunci dalam pengelolaan IPAL di pabrik tahu ini dari suplai oksigen sehingga dapat mengetahui kenaikan PH pada air limbah.
"Secara teori harus memenuhi baku mutu, untuk praktiknya akan kita hitung suplai oksigen ini kuncinya," bebernya.
Di tempat yang sama, Kepala Seksi Pemantauan Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DLH Banjarbaru, Joko mengatakan bahwa pihaknya sengaja melibatkan akademisi Poltekkes Kemenkes Banjarmasin untuk menyelesaikan permasalahan limbah tahu.
"Kita lihat perlu ada tahapan-tahapan dalam pengelolaan limbah, supaya hasilnya maksimal dan tidak mengeluarkan bau," ujarnya.
Untuk DLH Banjarbaru sendiri kata Joko, sudah berupaya melakukan sosialisasi kepada para pengusaha tahu dan tempe di Kota Banjarbaru.
Disebutkan Joko, pabrik tahu di Kelurahan Sungai Ulin ini merupakan salah satu pabrik dengan pengolahan tahu terbesar di Banjarbaru. Sehingga perlu keseriusan dalam pengelolaan limbahnya.
"Kalau dilaksanakan, maka pabrik tahu ini akan menjadi percontohan dalam pengelolaan limbah," ungkapnya.
Sementara itu, Pemilik Pabrik Tahu, Suki mengaku sangat setuju untuk memperbaiki IPAL di pabrik tahunya. Apalagi, melibatkan akademisi dan konsultan memang sudah terbiasa dalam pengelolaan limbah.
"Yang penting ada penyelesaian, supaya tidak mencemari lingkungan," akunya.
Disebutkan Suki, keluhan masyarakat secara langsung belum ada sampai kepadanya, namun hanya kabar luar saja yang sampai. Adapun keluhannya yakni bau yang ditimbulkan limbah pabrik tahunya.
"Karena konsultan yang ngerjakan mungkin akan mengurangi bau, kalau hilang rasanya enggak bisa, kalau menghilangkan (bau) tahapannya cukup panjang," tuntasnya. (Adv)