Wakil Wali Kota Banjarbaru, Wartono. Foto - Istimewa
MEDIAKITA.CO.ID - Wartono. Nama ini barangkali sinonim dari kata keberuntungan. Terutama di panggung politik Kota Banjarbaru. Mengapa bisa demikian?
Kehadirannya dalam kancah politik Banjarbaru bertahun-tahun silam bisa dibilang cemerlang. Kader dari partai besutan Megawati Soekarno Putri ini memiliki cara bertutur yang santun.
Selain itu, ketenangannya dalam menghadapi dinamika politik yang penuh intrik, patut dijadikan inspirasi bagi politikus muda. Atau mereka yang ingin meniti karier di dunia politik.
Beragam tantangan yang datang bersilaturahmi, disambutnya dengan tenang, tanpa gentar. Artinya, tetap santai dan santun ketika menghadapi berbagai masalah. Sikap ini membawanya memperoleh kepercayaan publik, hingga menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Kota Banjarbaru periode 2014-2019.
Di DPRD Kota Banjarbaru, ia dikenal sebagai wakil rakyat yang lembut, mendengarkan aspirasi rakyat dengan hati-hati sebelum mengambil keputusan. Orientasinya selalu bermuara pada kebaikan bersama.
Pada pesta demokrasi tahun 2020, perjalanan politiknya memasuki babak baru. Wartono melepas jabatannya di DPRD untuk mendampingi Aditya Mufti Ariffin sebagai calon wakil walikota Banjarbaru. Sebelum sampai pada keputusan ini, ada dinamika yang menarik.
Awalnya, Aditya berpasangan dengan AR Iwansyah, Ketua DPRD Banjarbaru saat itu. Namun, dinamika politik membuat Aditya mundur dari pencalonan. Kala itu, elektabilitas petahana, Nadjmi Adhani, dianggap tak tergoyahkan. Sebagai politikus ulung, Aditya memilih mundur sebelum waktu pendaftaran.
Namun, takdir berkata lain. Pada Agustus 2020, Nadjmi Adhani meninggal dunia, meninggalkan duka mendalam bagi warga Banjarbaru.
Sekitar dua pekan dari masa berkabung, Aditya kembali menyatakan diri sebagai calon wali kota, dan meminang Wartono sebagai pendamping.
Sebelum menerima pinangan tersebut, ada gejolak dalam jiwa Wartono. Sebab ia sangat akrab dengan Nadjmi Adhani dan menganggap Darmawan Jaya seperti saudara.
Pilihan telah dipilih, dan setiap pilihan pasti ada konsekuensinya. Wartono memutuskan menemani Aditya H-3 sebelum pendaftaran sebagai paslon ke KPU Banjarbaru.
Kala itu, tiga kandidat siap bersaing di Pilkada 2020 Banjarbaru. Mereka adalah pasangan calon Gusti Iskandar dan Iwansyah, Aditya Mufti Ariffin dan Wartono, Martinus dan Darmawan Jaya Setiawan.
Pilkada Banjarbaru 2020 diwarnai polemik dan dinamika. Meski demikian, Aditya dan Wartono berhasil merengkuh kemenangan pada Pesta Demokrasi tersebut. Kemudian dilantik sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Banjarbaru periode 2020–2024.
Keberuntungan lagi-lagi menghampiri Wartono. Bagaimana tidak? Dari Gedung Dewan ia berpindah ke Balai Kota Banjarbaru.
Waktu terus bergulir. Dalam perjalanan mereka, keduanya tidak lagi seirama. Sebab, menjelang Pilkada 2024, Aditya memilih orang lain sebagai pendampingnya. Dalam proses ini, Aditya digadang-gadang akan berpasangan dengan kader partai lainnya.
Waktupun memberikan jawaban. Aditya memilih Sekdakot Banjarbaru Said Abdullah sebagai bakal calon wakilnya, bukan Wartono.
Dinamika juga dialami oleh penantangnya, yakni Lisa Halaby, bayak sosok yang diisukan ingin mendampinginya. Setelah melalui serangkaian proses, plot twist-nya, Lisa memilih Wartono.
Pilkada Banjarbaru 2024 juga diwarnai dengan dinamika, polemik, dan drama. Masing-masing tim pemenangannya melaporkan pasangan lainnya.
Lagi lagi, keberuntungan menghampiri Wartono. Ia tidak terbukti melanggar proses Pilkada Banjarbaru 2024. Kebalikannya, sad ending menjadi akhir dari perjalanan Aditya-Said. Di pengujung bulan Oktober, KPU Banjarbaru mengumumkan bahwa pasangan nomor urut 02 yakni Aditya-Said didiskualifikasi dari gelanggang Pilkada Banjarbaru 2024.
Menanggapi diskualifikasi tersebut, tidak ada upaya hukum yang dilakukan oleh Aditya maupun Said Abdullah dan timnya ke Mahkamah Agung atau ke PTUN.
Pada hari pencoblosan suara yang masih memilih pasangan Aditya dan Said Abdullah dianggap sebagai suara tidak sah. Hal ini sebagai bentuk konsekuensi atas pelanggaran pilkada yang terbukti dilakukan oleh petahana menguntungkan pasangan calon dan merugikan pasangan calon lain.
Laporan dan gugatan pun saat ini bergulir yang dimotori oleh Said Abdullah ke Mahkamah Konstitusi, sementara Aditya memilih untuk mengambil sikap legowo menerima semua keputusan dan ketetapan hasil Pilkada Banjarbaru 2024.
Waktu pencoblosan pun selesai. Hasilnya, pasangan Lisa Halaby dan Warton menjadi pemenangnya. Sebab dari perhitungan suara, hanya suara Lisa-Wartono yang dianggap sah. Sedangkan suara paslon yang dibatalkan tidak sah.
Dan, sekali lagi keberuntungan menghampiri Wartono.
Kini, harapan disematkan dipundak Lisa-Wartono, semoga duet kepemimpinan ini bisa membawa Kota Banjarbaru menjadi lebih baik dari kota yang sudah baik.
Adapun yang perlu digarisbawahi di sini, adalah keberuntungan selalu menghampiri Wartono. Tapi perlu diingat, keberuntungan itu tidak serta merta hadir begita saja, melainkan akumulasi dari kerja keras dan ketekunan selama bertahun-tahun. (tim)