Pencarian

Tasbih Buatan Warga Martapura Tembus Pasar Internasional

Tasbih-tasbih berbahan fukaha buatan pengrajin asal Martapura. Foto - Sairi

MEDIAKITA.CO.ID - Kota Martapura dikenal sebagai kota yang berjuluk Serambi Makkah. Tidak heran jika di kota ini banyak aksesoris atau kerajinan tangan yang bernuansa Islami, seperti tasbih.

Tasbih ini sangat mudah ditemui dan banyak dijual di Martapura, sebab memang di kota ini mayoritas penduduknya beragama Islam.

Mudahnya tasbih ditemukan di Martapura ini tak lepas dari warganya, khususnya warga Martapura Timur yang cukup banyak berprofesi sebagai pengrajin tasbih.

Setiap harinya, mereka mengolah dan memproduksi tasbih-tasbih yang terbuat dari bahan buah atau kayu fukaha untuk dijual kembali di pasaran.

Salah seorang pengrajin tasbih fukaha, Wahyuni mengatakan, tak hanya dipasarkan di wilayah Martapura saja, tasbih-tasbih berbahan fukaha buatan pengrajin ini juga dipasarkan hingga ke luar negeri, seperti ke Arab Saudi.

Ia juga mengaku bahwa dalam sehari ia mampu membuat 50 tasbih siap pakai.

Selain tasbih, Wahyuni juga memproduksi gelang dan cincin yang juga terbuat dari bahan fukaha.

"Kalau buah fukaha ini saya beli, dan kalau wilayah asalnya buah ini dari Afrika," ujar Wahyuni, warga Desa Keramat, Kecamatan Martapura Timur, Kabupaten Banjar ini.

Pengrajin tasbih fukaha, Wahyuni. Foto - Sairi

Soal harga tasbih, Wahyuni menyebutkan bahwa harganya relatif terjangkau, mulai dari harga Rp 20 ribu sampai Rp 200 ribu.

"Harga tergantung ukuran," sebutnya.

Di sisi lain kata pria yang sudah puluhan tahun menggeluti profesi sebagai pengrajin ini, harga pasaran tasbih fukaha saat ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan waktu pertama kali fukaha ada di pasaran.

"Kalau waktu pertama ada, tahun 2005 itu harganya mahal banget, satu tasbih itu bisa mencapai jutaan satunya. Tapi dulu itu bahan mentahnya juga mahal," ungkapnya.

Meski begitu, keberadaan bahan baku fukaha ini menjadi lapangan pekerjaan tersendiri bagi masyarakat sekitar, lantaran pengolahan kerajinan tangan dari bahan fukaha ini bisa dilakukan kaum pria maupun wanita.

"Kalau wanita biasanya merakit, jadi setelah selesai proses pemotongan, pembentukan, dan lainnya, baru dirakit menjadi tasbih. Biasanya wanita yang mengerjakan itu," tutupnya.

Diketahui, di Martapura Timur ini banyak warganya yang berprofesi sebagai pengrajin berbagai aksesoris. Tak hanya pengrajin fukaha, pengrajin intan pun ada di sini. (sai)