Pencarian

Tradisi Manopeng Khas Banyiur Luar, Penonton Ikut Menari


Tarian Manopeng tradisi wajib setahun sekali yang dilaksanakan warga Banyiur Luar, Kota Banjarmasin. Foto - Tim

MEDIAKITA.CO.ID - Lautan manusia membanjir Gang H. Ujang Jalan Banyiur Luar, Kelurahan Basirih, Kecamatan Banjarmasin Barat, Kota Banjarmasin.

Mereka rela berjejalan di depan panggung rakyat untuk menantikan penampilan tradisi Tari Manopeng khas Banjar.

Mulanya, tak ada yang aneh saat para penari dengan mengenakan pakaian Suku Banjar mulai memperlihatkan gerakan indah gemulai mengikuti iringan irama musik tradisional.

Namun, suasana terasa berbeda tatkala mereka memakai topeng yang awalnya diletakkan di lantai panggung. Seketika, gerakan para penari itu mulai berbeda satu sama lain.


Penonton jatuh tak sadarkan diri dan ikut menari. Foto - Tim

Tak berselang lama, perubahan seketika terasa saat beberapa orang dari barisan penonton tak sadarkan diri dan mulai ikut menari. Mereka pun langsung digotong ke atas panggung untuk dipasangkan topeng dan selendang.

Gerakan yang ditampilkan baik penonton pria maupun wanita ini berbeda tergantung karakter topeng yang mereka pakai. Mereka terus menari ditengah pekatnya aroma dupa yang dibakar, dan baru berhenti saat terjatuh, sebelum akhirnya disadarkan oleh dalang atau pawang Tari Manopeng.

Berselang kemudian, Topeng Sangkala beraksi dengan energik, menghentak-hentakkan kaki di atas panggung. Sangkala, topeng dengan karakter jelek ini bak raja sebagai pengusir hal-hal buruk. Sangkala yang muncul di akhir acara, sebagai penanda pagelaran Manopeng segera usai.

Tradisi Tari Manopeng yang kental akan unsur magis ini sudah terjaga sejak ratusan tahun yang lalu. Masyarakat setempat percaya apabila Manopeng tidak dilaksanakan akan mendatangkan ancaman bahaya bagi keselamatan mereka.

"Tradisi ini menjadi momen untuk kita menjali silaturahmi, termasuk dengan keluarga jauh (roh para leluhur, red)," ungkap Ferdi Irawan (20) yang menjadi generasi ke-6 penerus tradisi Manopeng kepada Medikita.co.id.


Generasi ke-6 penerus tradisi Manopeng, Ferdi Irawan (20). Foto - Tim

Ia melanjutkan bahwa, roh para leluhur itu akan menentukan sendiri media (sosok, red) yang akan dimasuki. Namun, yang pasti masih ada kaitan darah satu sama lain.

"Jadi, penonton itu juga bisa ikut jadi media bagi datuk-datuk kami," tambahnya.

Pada awalnya tradisi Manopeng hanya dilaksanakan di dalam rumah dengan penonton terbatas yang merupakan kalangan keluarga. Namun kini tradisi ini sudah menjadi agenda wajib yang diselenggarkan warga Banyiur Luar setahun sekali setiap bulan Muharram dalam kalender Hijriah.

Tari Manopeng menjadi upacara syukuran yang diadakan turun-temurun sejak lama bertujuan meluapkan rasa syukur hasil panen oleh masyarakat setempat kepada yang Maha Kuasa, sekaligus sebagai tolak bala terhadap hal-hal buruk yang akan terjadi. (tim)