
Wakil Bupati Banjar Habib Said Idrus saat menghadiri haul Habib Ali. Foto - RSB
MEDIAKITA.CO.ID - Wakil Bupati Banjar, Habib Idrus Al Habsyie didampingi Sekretaris Daerah HM Hilman serta kepala SKPD lingkup Pemkab Banjar, menghadiri acara peringatan Haul ke 28 Habib Ali bin Hasan Al Habsyie, di Jalan A Yani, Kelurahan Jawa Martapura, belum lama tadi.
"Tidak ada kata - kata lain kecuali menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua tamu yang herhadir dalam acara haul ini," ucap Habib Umar Al Habsyie selaku perwakilan keluarga.
Sementara itu, Habib Hasan bin Thahir Alaydrus dari Tarim Hadramaut yang mengisi tausiyah menyampaikan tentang amalan zikir yang dilakukan ulama salafus saleh. Ia mengajak jemaah untuk senantiasa melazimkan zikir setiap hari minimal 320 kali.
"Orang yang mengamalkan zikir setiap hari minimal 320 kali akan digolongkan Allah sebagai ahli zikir. Bahkan ulama besar setiap harinya bisa mengamalkan zikir 12 ribu hingga 120 ribu kali. Ini merupakan amalan yang besar yang bisa mendekatkan seseorang kepada Allah SWT," ungkapnya.
Ia mengatakan bahwa Habib Ali bin Hasan Al Habsyie adalah seorang ahli zikir yang membuat beliau bisa dekat dengan Allah SWT dan Rasulullah SAW. Bahkan ia menjelaskan peringatan haul ini menurutnya juga merupakan salah satu cara mengirimkan doa dan balas jasa anak-anak untuk mengenang dan meneladani perilaku almarhum.
"Peringatan haul semacam ini adalah bentuk kecintaan kita kepada almarhum. Termasuk sebagai sarana mengirimkan doa kepada beliau," terangnya.
Sementara itu Habib Abdullah bin Hamid Al Habsyie yang didaulat membaca manaqib menceritakan bahwa Habib Ali lahir di Hadramaut 1894. Ia menjelaskan semenjak kecil Habib Ali sudah dibekali dengan ilmu-ilmu agama dan pernah belajar di Rubath Tarim asuhan Habib Abdullah bin Umar Assyatiri.
"Habib Ali merupakan sepupu Habis Zein Al Habsyie yang merupakan ayah angkat Guru Zaini (Guru Sekumpul). Sebagai ulama sepuh kala itu Habib Ali mendukung dan selalu menghadiri majelis Guru Zaini baik di Keraton maupun Sekumpul serta majelis ulama-ulama besar Martapura," terang beliau.
Sekadar diketahui ada cerita menarik tatkala Habib Ali wafat pada tahun 1996, sudah tersedia perlengkapan pakaian dan peralatan untuk dimandikan dan dikuburkan. Habib Ali tidak mau merepotkan anak dan cucunya. Bahkan beliau berwasiat sebelum di semayamkan di liang lahat sudah harus dibayarkan untuk upah para penggali kubur sehingga tidak dianggap sebagai hutang nantinya. Hal itu disampaikan Habib Abdullah dalam pembacaan manaqib.(isr)