
Wali Kota Banjarmasin medio 2005 hingga 2010, Ahmad Yudhi Wahyuni Usman saat memimpin Kota berjuluk Seribu Sungai. Foto - Istimewa
MEDIAKITA.CO.ID – Kabar duka tengah menyelimuti Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan. Wali Kota Banjarmasin medio 12 Agustus 2005 – 12 Agustus 2010, Ahmad Yudhi Wahyuni Usman dikabarkan menghembuskan nafas terakhir.
Ahmad Yudhi wafat dalam usia 66 tahun di Rumah Sakit Daerah Umum (RSUD) Ulin Kota Banjarmasin, pada Jumat (17/12/21) atau 13 Jumadil Awwal 1443 H sekitar pukul 05.14 WITA.
Kabar meninggalnya suami dari Emmy Mariani Tajuddin itu turut disampaikan Anggota Komisi III DPRD Kota Banjarmasin, Sukrowardi.
“Mohon doanya untuk almarhum agar diberikan tempat terbaik,” ujar Sukro saat dihubungi melalui sambungan seluler.
Sukro bilang, sebelum wafat Wali Kota Banjarmasin ke-3 itu sempat berjuang melawan masalah kesehatan yang dideritanya. Bahkan, almarhum disebutkan kerap bolak balik masuk ICU (Intensive Care Unit) lantaran terjadi penyumbatan pada organ jantung.
“Sidin (beliau, red) mengalami gangguan jantung, ada penyumbatan. Tapi, kemarin sempat pulih kembali dan pulang ke rumah. Seminggu kemudian beliau masuk rumah sakit lagi, dan takdir berkata lain,” tuturnya.
Sukro mengaku, meski tak memiliki hubungan khusus dalam keluarga, dirinya acap kali saling bertukar ide dan gagasan bersama almarhum. Ia pun menyebut juga sempat beberapa kali mengunjungi Ahmad Yudhi ketika mendapat perawatan di rumah sakit sebagai bentuk dukungan agar almarhum dapat segera sembuh
“Ikhtiar terbaik sudah diberikan, dengan penanganan langsung dari dokter spesialis yang ahli dibidangnya. Kita juga sampaikan terima kasih kepada seluruh manajemen RSDU Ulin yang sudah berjuang,” ujar Sukro.
Rencananya, jenazah Ahmad Yudhi Wahyuni bakal disalatkan di Masjid Al-Jihad Jalan Cempaka Besar No.19, Kelurahan Kertak Baru Ulu, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin usai pelaksanaan salat Jumat.
Sebagaimana diketahui, kala menahkodai Kota Seribu Sungai bersama Alwi Sahlan, Ahmad Yudhi banyak melakukan terobosan dalam kebijakannya.
Mulai dari menutup stockpile batu bara di kawasan Pelambuan sehingga truk pengangkut tidak lagi bebas hilir mudik. Upaya itu dilakukannya sebagai bentuk kepedulian kepada masyarakat sekitar agar terhindar dari ancaman penyakit infeksi saluran pernapasan atau ISPA.
Kemudian, menerbitkan payung hukum untuk mengatur pembatasan jam operasional Tempat Hiburan Malam (THM) pada malam Jumat, hari besar keagamaan serta selama Ramadhan.
Almarhum juga dinilai berhasil melakukan penataan permukiman di bantaran Sungai Kuripan. Di mana, saat itu tanpa terjadi gesekan warga dengan sadar merobohkan sendiri tempat tinggal mereka.
Ahmad Yudi sendiri terpilih sebagai Wali kota setelah memenangkan Pilkada Tahun 2005 hasil Koalisi Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Ia duduk bersama H. Alwi Sahlan sebagai Wakilnya.
Lalu, pada periode selanjutnya, Yudhi kembali mencalonkan diri untuk maju dalam pemilihan Wali Kota Banjarmasin dengan menggandeng pasangan berbeda, yakni Haryanto. Namun, mereka gagal meraih perolehan suara terbanyak pada kontestasi Pilkada Banjarmasin 2010 tersebut.
Dalam karir politik, selain menjadi Wali Kota Banjarmasin, almarhum juga sempat menjabat sebagai Ketua DPW Partai Amanat Nasional Kalimantan Selatan. Ia juga pernah berkiprah di Kompleks Parlemen Republik Indonesia untuk menggantikan Syahrani Mentaya sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
Sebelum terjun ke dunia politik, Dia juga menimba ilmu pada salah satu pondok pesantren kenamaan di Nusantara yaitu Ponpes Darussalam Gontor di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Selepas dari sana, hubungan Yudhi dengan Ponpes Gontor tetap berlanjut, bahkan dirinya sempat menjadi Ketua Alumnus Gontor se-Indonesia. (hns)