Pencarian

Becak dan Warisan Bekal Ilmu untuk Anak


Bahruddin sedang duduk santai di atas becaknya. Foto- Salim

MEDIAKITA.CO.ID - Menanam pohon itu bukan hanya sekedar menanam, tapi perlu dirawat, diberi pupuk dan disiram agar ia tumbuh subur. Begitu pula jika kita ingin memiliki anak yang berbakti, bukan hanya sekadar melahirkan, tapi juga perlu dididik dan dibimbing dengan ilmu.

Begitulah pesan yang terlontar dari Bahruddin, seorang pria tua berusia sekitar 70 tahun yang menjalani profesi sebagai tukang becak selama 43 tahun.

Pria tua ini berangkat dari rumahnya yang beralamat di Antasan Senor, Martapura, dari jam 7 pagi, kemudian mangkal dengan becaknya hingga jam 4 sore. 

Dari hasil jerih payahnya menjadi tukang becak yang dimulainya sejak tahun 1979, ia dapat menyekolahkan tujuh anaknya. Bahkan, kini beberapa anaknya sudah selesai sekolah dan memiliki kehidupan masing-masing.

"Kalau kita bagawi (bekerja, red) dengan cara yang halal, InsyaAllah kawa haja manafkahi (dapat menafakhi, red) keluarga dan menyekolahkan anak," cerita Bahruddin ketika mangkal di depan Gapura Alun-Alun Martapura, Sabtu (19/11/22).

Meski kini sebagian anaknya yang dulu disekolahkannya telah memiliki pekerjaan dan dapat membantu Bahruddin perihal ekonomi, Ia tetap setia dengan becaknya. Mengayuhnya, bekerja. 

Menurutnya, meskipun sudah memasuki usia senja, bekerja adalah kewajiban baginya untuk menafkahi keluarga. Selain itu, dengan mengayuh becak, bisa tetap menjaga tubuh agar tetap fit dan sehat. Hal ini terlihat, ketika menghampirinya yang sedang santai di atas becaknya, tubuhnya terlihat tetap kokoh, juga ada kearifan.

Ia percaya, selama pekerjaan yang dilakoni dijalankan secara halal, maka rezeki akan datang dengan sendiri. Hal ini terbukti ketika ia mampu menyekolahkan anak-anaknya di Pondok pesantren tertua di Kalsel, yakni Pondok Pesantren Darussalam, Martapura.

Ia bercerita, alasan ia menyekolahkan anak-anaknya di pondok pesantren adalah, ia ingin keturunannya memiliki bekal ilmu agama. Sebab menurutnya, warisan berupa ilmu agama akan berguna sepanjang masa. "Kalau harta, kalau tidak bisa mengelola, akan cepat habis," ujar Bahruddin.

Bahruddin berkeyakinan bahwa memiliki ilmu itu penting, wabil khusus ilmu agama. Dengan bekal ilmu tersebut, membawa diri ke mana-mana akan mudah. 

Baginya, pendidikan atau mewariskan ilmu kepada tiap anaknya adalah hal yang teramat penting untuk menjadi bekal anaknya kelak menjalani kehidupan yang akan datang.

Ketika sudah memiliki niat yang benar katanya, maka beban saat melakoni pekerjaan pun tak terasa lagi, ada tanggung jawab juga pengorbanan di sana. Khusus bagi Bahruddin, agar waktu tidak terbuang sia-sia, ia meniatkan bekerja atau ketika mangkal sambil menunggu waktu shalat.

"Mangkal sambil mahadangi (menunggu, red) waktu shalat, karena dengan begini gawian (pekerjaan, red) kita bisa mendatangkan berkah, sehingga bisa menyekolahkan anak-anak, Alhamdulillah," kata Bahruddin. (slm)