Pencarian

Bisnis Turun Temurun, Intip Cerita Perjuangan Tahu Bigas Tetap Bertahan Sejak 1965


Proses pembuatan tahu di pabrik tahu Bigas. Foto - Ardian

MEDIAKITA.CO.ID – Indonesia kaya akan beragam kuliner yang memiliki cita rasa khas. Salah satu produk olahan yang digandrungi dari kalangan bawah hingga menengah ke atas yakni tahu. Makanan yang berbahan dasar endapan biji kedelai ini tetap populer dan disukai banyak lidah ditengah menjamurnya kuliner masa kini.

Di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan pun begitu, tahu tetap menjadi favorit masyarakat, baik sekadar disantap langsung maupun dipadukan dengan santapan lainnya. Tahu-tahu yang beredar di kota berjuluk Idaman ini nyatanya banyak diproduksi oleh warga lokal. Dari sekian pabrik tahu yang ada, terdapat beberapa nama yang santer di telinga masyarakat, salah satunya adalah Pabrik Tahu Bigas.

Bisnis pengolahan tahu yang berada di Jalan Sidodadi, Kelurahan Guntung Payung ini rupanya sudah berdiri sejak 1965 silam. Saat itu, pendiri pertama Tahu Bigas, Mistijan masih menerapkan metode pengolahan manual dengan mengandalkan bahan bakar kayu. Lalu, proses penggilingan untuk menghancurkan kedelai pun juga masih dilakukan secara sederhana, hanya dengan bantuan batu penggiling.

Tak heran, pengerjaan tanpa bantuan mesin sedikit pun itu memakan cukup waktu. Namun, rasa yang dihasilkan pun tak perlu diragukan.

"Penggilingan menggunakan batu, memakan waktu lama," ujar Andi Subiyanto, generasi ketiga yang melanjutkan bisnis warisan itu saat dijumpai Mediakita.co.id belum lama ini.


Sempat bertahan hingga belasan tahun, metode sederhana yang dilakoni sang kakek pun akhirnya mulai bergeser. Perubahan besar terjadi saat Tahu Bigas berganti tangan dan dikelola Sobari, yakni orang tua dari Andi. Mulai detik itu, Tahu Bigas sedikit banyaknya telah mengandalkan kemajuan zaman dengan penggunaan mesin diesel. Meski memangkas waktu produksi, ada harga mahal yang harus dibayarkan Sobari.

Pasalnya, penggunaan mesin diesel cukup membebani biaya produksi tahu yang mereka buat. Hampir separuh modal tersedot hanya untuk persediaan bahan bakar yang digunakan untuk mengoperasikan mesin-mesin tersebut. Akan tetapi, jumlah tahu yang berhasil diproduksi juga setimpal, sehingga omzet pun naik drastis.

Makin ke sini, tahu buatan keluarga Andi pun kian terkenal. Namun, seperti kebanyakan bisnis lainnya, pabrik tahu ini juga sempat mengalami goncangan hingga produksi harus terhenti sementara akibat bahan baku kedelai yang sulit didapatkan. Mandeknya produksi tahu itu berlangsung hampir satu dekade, terhitung sejak 2010 sampai 2020 lalu.

Selain hilangnya sumber pemasukan, tutupnya pabrik tahu milik mereka juga menyebabkan banyak konsumen setia beralih dengan mengonsumsi tahu buatan produk lain. Hingga akhirnya, tepat pada 2021, setelah perjuangan panjang yang dilakukan Andi Subiyanto, anak dari Sobari akhirnya berhasil membangkitkan kembali usaha keluarga mereka.

Usaha tahu pun hadir dengan wajah dan nama baru yang kini dikenal dengan Tahu Bigas. Dipilihnya nama Bigas bukan tanpa alasan. Penuturan Andi, Bigas merupakan serapan dari bahasa daerah khas Banjar yaitu Wigas atau memiliki arti sehat dalam bahasa Indonesia. Alasan lainnya ialah agar nama tersebut mudah diingat di kepala pelanggan dan mampu menjadi terdepan ditengah ketatnya persaingan sekarang ini.

Saat memulai kembali produksi, Andi juga menggunakan metode dan peralatan yang lebih canggih yakni perebusan menggunakan ketel uap. Sehingga, hanya perlu 5 menit untuk merebus sekitar 10 kilogram kedelai.

“Kami terus berinovasi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi," jelasnya sembari mengolah ratusan kilogram kedelai dari Amerika.

Lebih jauh, dirinya mengungkapkan bahwa yang menjadi pembeda antara tahu produksi miliknya dengan buatan pabrik lain terletak pada bahan air yang digunakan untuk proses merebus kedelai. Ia mengklaim, air yang mereka gunakan merupakan murni dari sumber mata air. Karena itu, tanpa ragu Andi menyatakan tahu buatannya menjadi salah satu produk dengan cita rasa tinggi di Kalimantan Selatan.

Selain mengolah tahu, saat ini Andi juga mengembangkan ternak sapi berbagai jenis, mulai dari Egon, Simental, Limousin hingga Sapi Bali. Berkat ternak-ternak miliknya itu pula, Andi tak perlu pusing soal limbah hasil produksi tahu. Sebab, selama ini sapi-sapi miliknya yang akan menelan sisa ampas tahu tersebut.

Selain untuk pakan sapi, ia juga menyiramkan limbah ke perkebunan yang berada masih satu area dengan pabrik. Hasilnya pun cukup menarik perhatian, beberapa tanaman seperti mentimun, kacang panjang hingga terong yang ia tanam tumbuh subur.

“Soal limbah kami selalu memberikan perhatian dan cara khusus. Sehingga tidak mencemari lingkungan,” tambahan.

Nah, untuk mendapatkan produk Tahu Bigas, Andi mematok harga bervariasi mulai paling rendah RP 5 ribu. Selain dapat membeli langsung di pabrik, konsumen juga bisa memesan secara online melalui nomor Whatsapp 0821 3806 9966. (ard)