Pencarian

Dosen Arsitektur ULM Soroti Normalisasi Sungai Banjarmasin

Normalisasi sungai di kawasan Jalan Veteran Banjarmasin. Foto - Istimewa

MEDIAKITA.CO.ID – Dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Akbar Rahman menyoroti langkah normalisasi sungai secara masif yang dilakukan Pemerintah Kota Banjarmasin.

Menurut Akbar Rahman, upaya penanggulangan tersebut terbilang lambat karena dilakukan sesudah banjir melanda. Seharusnya, kata dia, penertiban bangunan yang berdiri di atas aliran sungai telah dimulai sejak dulu dan dilakukan secara berkala.

“Iya. Harusnya sudah sedari dulu. Bangunan-bangunan yang menghambat aliran sungai ditertibkan dan dibenahi,” ungkapnya saat dikonfirmasi jurnalis Mediakita.co.id melalui WhatsApp, Minggu (14/2/21) sore.

Akbar menyebutkan, desakan pembangunan kota yang dilakukan warga maupun pemerintah yang tidak memperhatikan lingkungan sungai menyebabkan kanal-kanal peninggalan Belanda tidak berfungsi maksimal.

Karenanya, perlu ketegasan Pemko terhadap penegakan aturan agar banjir tidak menjadi bencana langganan yang terjadi setiap musim penghujan.

“Ketegasan terhadap penegakan aturan salah satu solusi selain kesadaran bersama untuk menjaga kondisi lingkungan sungai yang lebih baik. Ke depan pemerintah wajib menerapkan pembangunan yang selaras dengan lingkungan dan berkesinambungan,” terangnya.

Dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Akbar Rahman. Foto - Hans

Dia menilai pembenahan kanal di Jalan Ahmad Yani dengan merobohkan jembatan dan bangunan apabila tidak disertai rancangan koneksi antar kanal pada sisi kanan dan kiri, maka normalisasi sungai seperti tanpa arah.

"Dalam pembongkaran bangunan dan jembatan pemkot harus memiliki dasar teknis yang akurat dan detail perencanaan normalisasi sungai. Tanpa itu, normalisasi sungai menjadi tidak terarah," ucapnya.

Sementara untuk titik-titik kanal peninggalan Belanda disebutkan berada di Jalan Ahmad Yani, Jalan Veteran serta Jalan Teluk Dalam Kota Banjarmasin.

Akbar Rahman mengatakan kanal-kanal tersebut memiliki fungsi vital terutama jika debit air meningkat akibat curah hujan tinggi.

“Tujuannya selain mempersingkat jalur transportasi air, juga memecah dan mempercepat aliran air dari hulu Sungai Martapura menuju muara atau Sungai Barito,” sebut Doktor Alumni SAGA University Jepang ini.

Ketua Tim Relawan Arsitek Peduli Banua itu menyarankan kepada Pemko agar menciptakan grand design infrastruktur kota yang tanggap terhadap bencana banjir, serta gencar melakukan edukasi kepada masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran betapa pentingnya menjaga dan merawat sungai.

“Harus ada pelebaran terhadap sungai yang menyempit, juga pengerukan terhadap sungai-sungai yang mengalami pendangkalan,” tegasnya.

Berdasarkan data rekapitulasi dampak bencana, dilansir dari poskobencana.banjarmasinkota.go.id, sedikitnya 34.320 KK dan 110.808 jiwa terdampak akibat musibah banjir yang merendam beberapa waktu lalu. (hns)