Sugi dan pegawainya membuat penutup pada kolam pembuangan limbah pabrik tahunya. Foto - Ibnu
MEDIAKITA.CO.ID - Dugaan pencemaran lingkungan kembali terjadi di Kota Banjarbaru, kali ini di Jalan Jeruk Kelurahan Sungai Ulin, Kota Banjarbaru.
Dugaan pencemaran lingkungan ini akibat adanya pembuangan air limbah dari sebuah pabrik tahu, yang mengeluarkan bau tidak sedap dari penampungan air limbah.
Lurah Sungai Ulin, Dony Fajar Saputra mengungkapkan bahwa sebelumnya ada keluhan dari masyarakat Kelurahan Sungai Besar ihwal dugaan limbah pabrik tahu di Kelurahan Sungai Ulin ini.
"Karena aliran airnya ke hilir sungai, yang terkena imbasnya warga di Kelurahan Sungai Besar," katanya kepada Mediakita.co.id, Jumat (5/5/23).
Disebutkan Dony, pihaknya sudah melakukan pengawasan baik dari perizinan hingga mendatangi lokasi. Kemudian melakukan laporan ke dinas terkait untuk ditindaklanjuti.
"Sudah kita sampaikan ke Dinas Lingkungan Hidup Banjarbaru, terkait Amdalnya," ujarnya.
Dony melanjutkan, banyak warga yang mengeluhkan bau tak sedap yang ditimbulkan oleh limbah tahu tersebut. Pasalnya, limbah itu hanya melewati beberapa tahapan yang kemudian dibuang ke sungai.
"Saat dicek, pengolahan limbahnya tidak diolah secara sempurna," bebernya.
Dony menambahkan, keluhan masyarakat terkait pengelolaan limbah pabrik tahu ini sudah ada sebelum Ia menjabat sebagai Lurah Sungai Ulin hampir 2 tahun lalu.
Dari 2 pabrik tahu yang beroperasi di Kelurahan Sungai Ulin, hanya 1 pabrik yang dikeluhkan warga karena menimbulkan bau tak sedap tadi dan dugaan pencemaran lingkungan.
"Pabrik satunya produksi hanya skala kecil," ungkapnya.
Dilanjutkan Dony, pihak kelurahan bersama Dinas Lingkungan Hidup Banjarbaru sudah beberapa kali memberikan imbauan kepada pengelola agar memperbaiki pengolahan limbah hasil produksi tahunya.
"Nanti akan ada kerja sama dari perguruan tinggi terkait pengolahan limbah agar tidak bau," tuntasnya.
Kolam penampungan limba tahu ditutupi plastik UV. Foto - Ibnu
Sementara itu, Pemilik Pabrik Tahu, Sugi mengakui bahwa limbah hasil produksinya memang mengeluarkan bau tidak sedap. Namun disisi lain, Ia masih bingung terkait pengolahan limbah secara tepat.
"Kita masih keterbatasan ilmu, kita juga ingin ada bantuan dari dinas terkait," akunya.
Untuk pengolahan limbah tahu sendiri kata Sugi, Ia sudah membuat sumur penampungan limbah sebanyak 8 buah sebelum airnya dibuang ke sungai. Bahkan, dalam seharinya Ia mengurusi limbah hampir 3 - 4 jam.
"Sementara hanya ditutup (sumurnya) dengan plastik UV," sebutnya.
Plastik UV ini kata Sugi diharapkan mampu mengurangi bau dari limbah produksi tahunya setelah ditutup. Ia mengharapkan adanya bantuan dari instansi terkait untuk memberikan pembinaan dan solusi terbaik dari pengolahan limbah produksi pabrik tahu yang Ia miliki.
"Sebetulnya kita tidak mau mengganggu lingkungan, karena keterbatasan (ilmu) maka terpaksa begitu," tuntasnya. (ib)