Pencarian

Harga Sayur Melonjak, Ini Respon Disperdagin Banjarmasin


Harga sayuran di Kota Banjarmasin melonjak. Kenaikan signifikan terjadi pada tomat yang tembus Rp 18 ribu per kilogram. Foto - Hans

MEDIAKITA.CO.ID - Komoditi sayuran di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan terus melambung tinggi dalam beberapa waktu terakhir. Kenaikan harga itu disebut akibat sejumlah faktor, termasuk imbas multiplier effect (efek domino, red) kebutuhan pangan lainnya yang sudah melonjak lebih dulu.

Saat dikonfirmasi Mediakita.co.id, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Banjarmasin melalui Kepala Bidang Penguatan Perdagangan, Rakhman tak menampik adanya kenaikan terhadap harga sayur-mayur.

Ia juga mengakui bahwa, sampai saat ini untuk pemenuhan pasokan sayuran di Banjarmasin masih bergantung tinggi terhadap tingkat produksi di Pulau Jawa. Sehingga, apabila para petani banyak mengalami gagal panen, otomatis akan terjadi kelangkaan yang berujung dengan naiknya harga jual komoditi tersebut.


Kepala Bidang Penguatan Perdagangan Disperdagin Banjarmasin, Rakhman. Foto - Hans

"Jadi, kalau stok terbatas akibat gagal panen pasti berdampak langsung terhadap harga yang akan beredar di sini," tuturnya saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (7/6/22).

Lebih jauh, perihal ketergantungan terhadap pasokan dari Pulau Jawa, dirinya pun lantas menyinggung pola yang diterapkan para petani di Kalimantan Selatan.

Menurutnya, apabila petani punya komitmen kuat untuk meningkatkan jumlah produksi, setidaknya kekurangan pasokan seperti sekarang ini dapat diatasi dengan hasil pertanian lokal.

"Jika memang mengalami kendala untuk peningkatan hasil pertanian, mereka bisa meminta bantuan kepada instansi terkait. Sehingga hasilnya juga maksimal," jelasnya.

Kemudian, saat disinggung solusi untuk meredam lonjakan harga sayuran, Rakhman mengaku hanya bisa mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk melakukan penyesuaian terhadap kebutuhan pangan rumah tangga masing-masing.

Pasalnya, kata dia, Disperdagin Banjarmasin belum bisa menerapkan program operasi pasar layaknya minyak goreng beberapa waktu lalu. Mengingat, bahan pangan tersebut mempunyai karakteristik berbeda yang kualitasnya cepat menurun jika lamban didistribusikan.

"Jadi sebenarnya, operasi pasar kemarin kan itu kita menggandeng distributor minyak goreng. Kita hanya menjual ke masyarakat, sementara pasokannya disediakan pihak ketiga," tambahnya.

Dari data monitoring terbaru Disperdagin Banjarmasin di sejumlah pasar tradisional terjadi pergerakan harga yang cukup signifikan untuk komoditi sayuran.

Misalnya, di Pasar Sentra Antasari rata-rata pedagang mematok tomat per kilogram seharga Rp 20 ribu, wortel Rp 12 ribu per kilogram, kentang Rp 15 ribu per kilonya, kol Rp 18 ribu per kilogram, serta bawang prei Rp 23 ribu per kilogram.

Sementara di dua pasar lainnya, yakni Pasar Lama dan Pasar Teluk Dalam harga sayuran mengalami kenaikan lebih tinggi. Sebab, kebanyakan pedagang di dua pasar tersebut diketahui juga mengambil pasokan dari Pasar Sentra Antasari. (hns)