Pencarian

Covid-19 Belum Usai, Kini Muncul Virus Nipah

Ilustrasi virus nipah. Foto : Pixabay

MEDIAKITA.CO.ID – Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) hingga kini belum terlihat ujungnya, namun wabah virus nipah atau virus NiV kembali menghantui seluruh penduduk dunia.

Di tengah ketidaksiapan perusahaan farmasi raksasa yang saat ini fokus terhadap Covid-19, virus nipah berpotensi menjadi risiko pandemi berikutnya.

“Virus Nipah adalah penyakit menular lain yang muncul dan menimbulkan kekhawatiran besar. Nipah bisa meledak kapan saja. Pandemi berikutnya bisa jadi infeksi yang resistan terhadap obat,” ucap Jayasree K Iyer, Direktur Eksekutif Access to Medicine Foundation, dikutip The Guardian, Minggu (31/1/21).

Dilansir dari World Health Organization (WHO), infeksi virus nipah adalah penyakit dari virus zoonotic yang ditularkan dari hewan ke manusia, atau antar manusia melalui makanan yang terkontaminasi.

Jika terinfeksi, virus tersebut dapat menyebabkan berbagai penyakit meliputi infeksi asimtomatik, penyakit pernapasan akut hingga ensefalitas yang fatal untuk manusia. Selain itu, hewan seperti babi juga dapat sakit parah jika terinfeksi virus tersebut.

“Tingkat kematian kasus diperkirakan 40% - 75%, namun angka tersebut bervariasi tergantung pada pengawasan dan manajemen klinis di wilayah yang terkena,” seperti ditulis laman resmi WHO.

Kendati demikian, kebanyakan dari yang terinfeksi virus tersebut sembuh total. Namun beberapa diantaranya juga terus mengalami neurologis sisa ensefalitis akut dan beberapa laporan kasus ditemukan pasien yang terinfeksi kembali.

Badan Kesehatan Dunia menyebutkan belum ditemukan pengobatan atau vaksin khusus untuk infeksi virus nipah, meskipun WHO telah mengindentifikasi nipah sebagai penyakit prioritas dalam laporan WHO R&D Blueprint tahun 2019.

“Perawatan suportif secara intensif direkomendasikan untuk mengobati komplikasi pernapasan dan neurologis yang parah,” kata WHO.

Sebagaimana diketahui, virus nipah ditemukan pada tahun 1999 di Malaysia dan wabah tersebut juga mempengaruhi Singapura.

Selain kedua negara itu, India juga terinfeksi virus tersebut pada 2001, di Bangladesh pada 2004, dan 2018 yang masih berlangsung di negara bagian Kerala, India.Pada wabah di Malaysia dan Singapura sebagian besar kasus infeksi pada manusia disebabkan oleh kontak langsung dengan babi yang jaringannya terkontaminasi.

Diperkirakan penularan terjadi melalui paparan sekresi babi yang tidak terlindungi atau kontak tanpa kondom dengan jaringan hewan yang sakit.

Sementara wabah berikutnya di Bangladesh dan India sumber infeksi diperkirakan melalui konsumsi buah-buahan atau produk buah-buahan seperti jus kurma mentah, yang terkontaminasi dengan urin atau air liur dari kelelawar buah yang terinfeksi virus nipah.

Penularan human-to-human atau sesama manusia juga dilaporkan antara keluarga dan perawat pasien yang terinfeksi. (tim)